Setiap apa yang kita ucapkan, baik melalui media sosial ataupun secara lisan sebenarnya itu adalah cermin dari apa yang sebaiknya kita lakukan untuk diri kita sendiri juga. Entahlah apa itu namanya, tapi buatku setiap kata yang aku tulis di facebook, twitter atapun di media sosial lainnya itu bukan untuk menyindir salah satu pihak. Tetapi kata-kata itu mutlak untuk cerminan diriku sendiri. Ya, aku menulisnya untuk mengingatkan bahwa aku pernah menulis itu. Namun jika lantas ada pihak yang merasa tersindir atau merasa tulisanku itu untuk mereka, itu bukan salahku. Siapa suruh membaca tulisanku. Jahat. Tapi memang begitu kenyataannya. Ketika aku menulis "Percaya diri itu penting, tetapi tahu diri jauh lebih penting". Sebagian orang menilai bahwa tulisan itu aku maksudkan untuk seseorang yang tidak tahu diri dan merasa percaya diri dengan hal itu. Ada juga yang beranggapan aku sedang melampiaskan amarahku pada seseorang yang sudah mengecewakanku. Pendapat mereka itu sah dan bisa diterima. Tetapi balik lagi, semua yang aku tulis di media manapun, mutlak untuk diriku sendiri.
***
Dulu, aku pernah mengalami yang namanya 'perang status' ketika jamannya Blacberry Messenger atau BBM ramai dan menjadi idola. Saat itu aku menuliskan kata-kata yang menurutku tidak seharusnya ada pihak yang merasa tersindir atau terpojok. Karena status itu aku tujukan untuk diriku sendiri dan kalaupun ada yang menyukainya, ya wajar. Tetapi ketika status itu di balas dengan status lain (yang menurutku berkaitan dengan statusku) itu sudah menjadi sinyal pertengkaran status saat itu. Tetapi aku tidak membalasnya dengan status-status yang lain. Karena aku merasa status balasan itu bukan untukku. Positif thinking. Buatku, tulisan bisa menjadi sebuah boomerang bagi siapa saja yang secara sengaja ataupun tidak sengaja menuliskannya pada media yang bisa dibaca orang lain. Seperti kasusku tadi. Tapi balik lagi pada tujuan menulis itu sendiri. Karena kadang, niat baik itu tidak bisa diterima dan diartikan baik juga, tergantung bagaimana cara kita menyampaikannya.
***
Kasus lain, terkadang orang 'kepo' terhadap apa yang kita tulis, padahal tanpa mereka tahu pun itu tidak menjadi masalah berat untuk mereka. Tapi ya namanya juga manusia, pasti memiliki sifat keingintahuan yang tinggi. Akupun begitu. Tapi aku termasuk orang yang tidak mau tahu dan tidak berusaha untuk mencari tahu masalah yang bukan urusanku. Aku nyaman dengan hal itu. Bagiku, cukup masalahku, orang tuaku, pacarku dan keluargaku saja yang aku tahu. Masalah yang lainnya biarlah berlalu. Karena buatku, mengurusi masalah yang bukan bagianku hanya buang-buang emosi dan waktu.
***
Balik lagi pada tulisan, kadang kita selalu ingin tahu dan terlibat dengan obrolan orang lain meskipun itu pacar kita sendiri. Itu wajar, tetapi salah. Berikanlah ruang kepada pacar kita untuk ngobrol dengan orang lain baik di facebook, twitter ataupun sms. Karena pacar kita pun masih memrlukan itu semua untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Biarkan pacar kita melakukan apa yang ingin dia lakukan, jangan pernah ikut campur untuk sesuatu yang tidak ada artinya. Jangan sampai keikutcampuran kita membuat pacar kita merasa terganggu dan risih. Apalah arti sebuah obrolan di facebook atau twitter jika dibandingkan dengan waktu ngobrol kita dengan pacar kita yang tak pernah terbatas melalui kedua jejaring sosial itu. Bersikaplah bijaksana dan dewasa. Karena yang kita baca belum tentu keadaannya seperti yang kita pikirkan. Dan lihat lagi siapa yang menjadi lawan bicara pacar kita itu. Jangan buang-buang emosi untuk hal yang belum tentu kita ketahui keadaan sebenarnya. Banyak pasangan yang bertengkar gara-gara obrolan pacarnya di media sosial atau dunia maya. Padahal waktunya di dunia nyata lebih banyak untuk dia dan pacarnya itu. Miris. Tetapi untungnya, aku dan pacarku tidak seperti itu, pacarku sangat pengertian setiap kali aku ngobrol dengan orang lain baik di facebook ataupun di twitter. Karena buat kami, waktu kami berdua di dunia nyata lebih banyak daripada waktu kami di dunia maya. Dan itulah salah satu penyebab rasa sayangku padanya semakin bertambah. Terimakasih Ichsan Sofan Nurzani kekasihku, untuk semua pengertian dan kebijaksanaanmu padaku selama enam bulan ini.
Blessed to have you. ♥
Blessed to have you. ♥
No comments:
Post a Comment