Hujan menghentikan langkahku seketika. Derasnya membasahi setiap ruang terbuka di sekitarku. Aku tidak bisa beranjak dari tempat dudukku. Hanya berharap hujan ini segera berlalu dan membiarkanku melanjutkan aktifitas makan siangku seperti biasanya. Ah, aku tidak bisa menikmati waktu makan siangku dengan dia. Kesal. Namun kejadian ini tidak lantas membuatku membenci hujan. Bagaimanapun cerita yang terjadi di balik hujan, aku selalu menikmatinya. Aku selalu suka hujan.
***
Aku kecewa sekali ketika melihat butiran-butiran air langit yang banyak itu turun tepat di jam makan siang. Setidaknya banyak waktu yang terbuang percuma dan berakhir sia-sia. Aku tidak mendapatkan penyegaran sama sekali disini. Aku benci situasi seperti ini. Jari jemariku hanya bisa beradu dengan tombol-tombol keyboard komputer kerjaku. Tetapi aku tidak tahu harus mengetik apa. Ku putar musik dengan volume sedikit tinggi untuk mengalihkan pendengaranku dari bisingnya air hujan di luar sana. Aku mencoba mencari kesibukan lain yang bisa menggantikan quality lunch yang tertunda ini. Aku bahkan tidak merasakan lapar sama sekali. Aku memikirkan dia. Bagaimana makan siangnya? Bagaimana jika hujan yang deras ini tidak memberinya waktu untuk menyantap masakan yang sudah dia bayangkan dari kemarin? Pasti dia sangat kecewa, sama sepertiku.
***
Kekesalanku bertambah ketika jaringan internet dan sinyal di handphoneku mulai tidak stabil. Rasanya ingin aku lempar saja semua perangkat elektronik di hadapanku ini dengan batu. Tapi aku tahu itu tidak akan mengembalikan kekecawaanku terhadap hujan. Aku hanya butuh bertemu dia seperti biasanya. Hanya ingin bercengkrama dengannya seperti hari-hari sebelumnya. Melihat dia makan, lalu kembali ke tempat kerja. Itu saja. Tapi sayang hujan sudah merusak selera makanku. Dan hujan menjadi jarak diantara kami hari ini.