'Dan hati kami pun bertemu di penghujung gelisah yang terlalu lama singgah...'
Kurang lengkap rasanya jika aku hanya menuliskan satu kalimat tadi disini. Rasanya baru kemarin aku galau. Tak terasa sudah hampir satu tahun ini aku tidak merasakan kehadiran kebimbangan itu lagi. Syukurlah. Aku sudah move on. Ini kisahku. Semuanya terjadi dalam cerita cintaku.
Sudah lama aku tidak segembira ini. Lama sekali. Dan aku memutuskan untuk menggenggam kegembiraan ini. Aku masih ingat jelas ketika aku dihadapkan dengan pilihan-pilihan rumit dan sulit waktu itu. Sangat ingat. Rasanya sungguh tidak nyaman berada di zona yang bukan wilayah kekuasaan kita. Apalagi kekuasaan mengendalikan perasaan. Perasaanku saat itu ibarat tiang layar kapal yang hampir rubuh. Jika aku paksakan untuk tetap berlayar, aku beserta kapalku sudah pasti karam. Namun jika aku hanya berdiam di tengah lautan, ombak dan badai yang akan menelanku hingga tenggelam. Aku tidak punya pilihan saat itu. Yang aku bisa lakukan hanya memperbaiki tiang layar yang hampir rubuh itu. Aku harus menyelamatkan diri dan kapalku. Kekuatan perasaan yang membuatku bertahan.
Aku tidak pernah membayangkan akan ada di posisi sesulit itu. Aku hanya ingin hidup bahagia. Itu saja. Minimal perasaan. Aku tidak terbelenggu perasaan saja itu sudah membuatku bahagia. Tapi kenapa justru perasaan yang membuatku lantas merasa terbelenggu? Walaupun hanya sebentar, tetapi rasanya sangat menyiksa pikiran. Apalagi hati.
Aku mengumpulkan gairah hidup yang masih tersisa. Barangkali saja aku bisa kembali ceria dari sana. Tetapi kenyataannya tidak. Semakin aku memaksakan akan seperti apa hatiku, semakin ia tambah terluka. Parahnya aku sendiri yang melukainya. Aku bingung. Perasaan apa yang melingkupi seluruh ruang hatiku saat itu. Benci, iya. Marah, iya. Dendam pun iya. Aku benar-benar terbungkus amarah yang sudah tersimpul mati. Aku mulai mengingat-ngingat kembali siapa saja yang bisa membuatku tertawa. Dan aku menemukannya. Aku kembali pada masa laluku. Tetapi itu salah. Aku menemui orang yang salah. Dan aku tidak bisa terus-terusan bersembunyi di balik ketiak orang lain. Sekalipun itu membuatku aman. Perasaanku mulai sedikit membaik. Hingga akhirnya otakku bisa kupakai untuk berpikir jernih.
Aku tidak bisa menggantungkan perasaanku seperti ini. Aku juga ingin perasaan yang utuh. Aku kembali jatuh. Tetapi kali ini aku bisa bangun sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku mencoba memberikan ruang untuk diriku dan Tuhan. Hingga akhirnya aku bisa menata kembali perasaan-perasaan yang pernah hilang dariku. Aku merasa terlahir kembali. Aku merasakan aroma-aroma cinta semerbak di sekelilingku. Terlebih saat aku bertemu dia. Aku merasa seperti satu-satunya lebah di taman bunga yang luas. Aku merasakan kembali indahnya jatuh cinta. Ya, aku benar-benar jatuh cinta.
Hati kami beradu ketika kami sama-sama kasmaran. Tepat. Hingga saat ini perasaan itu terkadang datang. Aku tak lagi takut kehilangan perasaan bahagia. Aku tak lagi getar menghadapi pilihan. Karena hati kami sudah dipertemukan dengan sangat indah. Saat ini aku bahagia. Sangat bahagia. Dan aku yakin kebahagiaan lain akan datang menghampiriku lagi. Terimakasih Tuhan untuk cara-Mu memberikan kebahagiaan padaku saat itu. Aku tahu, bahagia itu dari-Mu. Aku juga tahu tidaklah sulit bagimu memberikan kebahagiaan padaku. Dan kini aku pun tahu, bahagia itu adalah dia.
No comments:
Post a Comment