Possesive? Yes, I am. Akhir-akhir ini aku merasa
dipenuhi rasa possesif yang berlebih. Aku akui memang belakangan ini aku sangat
sensitif dan mudah marah. Semua itu aku lakukan karena aku sangat ingin selalu
bersamanya, ingin perhatian lebih darinya, ingin diperlakukan seperti apa yang
aku inginkan. Tetapi sayangnya dia bukan cenayang yang bisa menerawang isi
pikiranku kapan saja. Dan itu tidak aku sadari. Aku terbelenggu keinginan dan
perasaan memiliki yang teramat dalam. Semakin kesini aku semakin tidak ingin
melewatkan waktu sedetikpun dengannya. Meskipun hanya melalui pesan singkat.
Mungkin ini yang dinamakan cinta gila. Aku sudah terjangkit cinta gila. Tapi aku tidak peduli dengan itu semua. Aku hanya ingin dia untukku utuh. Egois sekali.
Mungkin Habibie dan Ainun pun
pernah berdebat untuk hal semacam ini. Aku yakin itu. Karena mereka berdua pun
sama seperti kami. Manusia biasa. Pernah sesekali marah dan menangis. Tetapi
terkadang perasaan seperti itu datang disaat yang tidak tepat. Seperti yang aku
alami saat ini. Saat aku menulis tulisan ini, aku sama sekali sedang tidak
marah atau menangis. Keduanya sudah aku lalui beberapa saat sebelum akhirnya
dia pulang meninggalkanku sendirian disini. Sedikit lega ketika akhirnya aku
bisa menangis lagi di pelukan dia sebelum melepasnya pulang. Aku lega bisa
melampiaskan marah dan kesalku pada dia. Meskipun sebenarnya dia tidak
melakukan kesalahan yang fatal. Ini hanya salah pengertian saja. Dan pernah
terjadi sebelumnya. Aku lega karena setidaknya dia masih mengecup kening, mata,
hidung, pipi, dagu dan bibirku sebelum pulang. Seperti biasanya. Ini artinya
pertengkaran kecil diantara kami sudah berakhir. Dan sama seperti
sebelum-sebelumnya ini hanya salah paham. Ya, kami salah memahami perasaan
masing-masing. Mungkin kami sedang sama-sama egois dan ingin diperlakukan special
satu sama lain hingga akhirnya timbul miss interpretasi diantara pikiran kami.
Wajar. Namun jika hubungan kami flat-flat saja, itu perlu dipertanyakan. Dengan
kejadian seperti ini, kami dituntut untuk lebih menghargai perasaan
masing-masing. Meskipun pada dasarnya kami sudah melakukannya. Hanya saja
sebagai manusia biasa, normal rasanya jika sesekali bertengkar. Hitung-hitung
menambah kemesraan setelahnya. Jujur, aku sama sekali tidak ingin mengalami pertengkaran dengan dia. Tetapi kondisi perasaan kami tidak bisa disetel sendiri. Semuanya mengalir sesuai yang seharusnya. Dan untungnya pertengkaran kami tidak pernah berlangsung lama. Seringnya dia yang meminta maaf duluan. Padahal aku tahu dia tidak pernah memulai pertengkaran duluan. Aku tahu dia sangat menghargai aku. Aku juga tahu dia tidak mau cinta kami dikotori oleh perasaan-perasaan kesal yang datang tiba-tiba. Makanya dia sangat sering mengalah untukku. Itu yang membuatnya lebih spesial dibanding siapapun. Hanya dia yang bisa memperlakukanku seperti itu. Hanya dia yang bisa memahami sifat jelekku. Dan hanya dia yang mampu meluluhkan hatiku.
Lewat tulisan ini, aku ingin sekali menyampaikan sesuatu yang malu jika aku sampaikan padanya langsung.
Teruntuk
Ponty,
Aku tahu aku possesif
Aku tahu aku sensitif
Aku juga tahu aku egois
Tapi asal kamu tahu
Itu semua karena aku sangat menyayangimu
Aku tidak mau melewatkan sedikitpun moment denganmu
Aku ingin selalu berada didekatmu
Dalam sibuk dan luangmu
Aku tahu kamu pasti memahamiku
Maafku untuk semua tingkah bocahku
Maaf,
Monty
Teuku Angkasa, 1 Mei 2013
No comments:
Post a Comment